Sunday 3 July 2011

Sejarah Serawak



Nama Sarawak berasal daripada nama Batang Sarawak atau Sungai Sarawak. Batang Sarawak meliputi kawasan di sekitar Kuching hingga ke seluruh Sarawak.
Penemuan arkeologi seperti tulang manusia, alat perkakas, tembikar, dan bekas perkuburan di Gua Niah serta lukisan yang diconteng pada dinding gua membuktikan bahawa manusia telah mendiami Sarawak sejak sebelum Masihi lagi. Kewujudan manusia di Sarawak bermula kira-kira 40,000 tahun dahulu. Penemuan ini telah membuktikan bahawa Sarawak sebagai salah sebuah negeri terawal yang didiami oleh manusia di Asia Tenggara.
Sarawak dikatakan berada di bawah kekuasaan kerajaan Srivijaya pada kurun-10 hingga kurun-13, Penguasaan kerajaan Srivijaya ke atas wilayah pesisiran Sarawak telah membolehkan orang-orang Melayu dari Sumatera berhijrah dan menetap di kawasan pesisiran Sarawak. Orang melayu telah membuka penempatan mereka di Santubong yang merupakan antara pelabuhan entrepot terpenting di Nusantara. Ini telah dibuktikan dengan penemuan bahan artifak seperti pasu zaman dinasti Han dari negara China di Santubong.
Setelah kejatuhan kerajaan Srivijaya pada kurun-13, Sarawak dikuasai oleh kerajaan Majapahit. Seorang putera Raja Majapahit iaitu Raden Menteri Dipati Jepang atau Datu Merpati Jepang telah berhijrah ke Sarawak pada kurun ke-15. Baginda telah berkahwin dengan Datu Permaisuri anak perempuan Raja Jarom Jawa di Johor sebelum berhijrah ke Sarawak.
Daripada keturunan Datu Merpati Jepang, muncul golongan bangsawan Sarawak yang bergelar "Abang" dan gelaran "Abang" juga dikaitkan dengan golongan raja atau bangsawan yang berasal dari kerajaan sintang yang terletak di kalimantan barat. Golongan tersebut atau perabangan Sarawak telah memegang jawatan terpenting seperti Datu Patinggi, Datu Temenggong, Datu Bandar, Datu Bentara pada zaman pemerintahan Brooke di Sarawak. Kehadiran keluarga Brooke sedikit sebanyak menstabilkan keadaan di Sarawak kerana tetangan hebat dari penduduk asal Dayak terhadap pencerobohan tersebut di mana petempuran di antara pejuang Dayak dengan golongan pendatang tercatit dalam 'Papan Turai'.

Kerajaan Sitang ↓

Pada pertengahan abad ke – XVII, Kerajaan Sintang di perintah oleh seorang raja yang bernama Abang Pencin bergelar “ Pangeran Agung ”, Baginda Pangeran Agung adalah turunan ke – 17 dari Raja di Kerajaan Sintang yang pertama. Pusat Pemerintahan Kerajaan pada waktu itu terletak di wilayah yang disebut Pulau Perigi, yaitu ditengah kota Sintang dan pada saat sekarang perbatasan antara Kelurahan Kapuas Kiri Hilir dan Kelurahan Kapuas Kiri Hulu.
Baginda Pangeran Agung beserta sebagian besar rakyatnya menganut agama Hindu, serta sebagian lainnya masih menganut faham animisme. Pada masa itu agama hindu telah berkembang dan tersebar dengan pesatnya di Kerajaan Sintang bagaikan cendawan di musim hujan, agama hindu berkembang sejak abad ke – XV yang dibawa dan di kembangkan oleh seorang Patih dari Kerajaan Majapahit bernama Patih Logender.
Belum begitu lama Baginda Pangeran Agung memangku jabatan sebagai Raja di Kerajaan Sintang, datanglah dua orang perantau dari luar kerajaan Sintang yang kemudian diketahui ternyata para mubaligh Islam. Mereka adalah Mohammad Saman dari Banjarmasin dan Enci’ Shomad dari Serawak.
1Begitu sampai ditanah Sintang kedua mubaligh langsung menghadap Baginda Raja Pangeran Agung, mereka berdua menyatakan keinginannya menetap di Kerajaan Sintang jika mendapat izin dari Baginda Raja, Sebagai mubaligh, tutur bahasa yang lemah lembut serta sopan santun dengan penuh rasa rendah hati menyebabkan Baginda Raja Pangeran Agung tertarik, dan atas izin Baginda Raja kedua mubaligh itu bertempat tinggal di rumah seorang Menteri. Dirumah Menteri itu kedua mubaligh tetap melaksanakan ibadah sholat sebagaimana mestinya. Tidak berapa lama sang menteripun tertarik ingin mengetahui apa yang dilakukan oleh kedua mubaligh tersebut dan pada suatu hari menteri memberanikan diri untuk menanyakan hal ihwal apa yang dikerjakan oleh kedua mubaligh tersebut. Kedua mubaligh itu saling silih berganti menerangkan kepada menteri pokok-pokok ajaran Islam, dan kemudian menteri bersama keluarganya menyatakan dirinya untuk memeluk agama Islam. Karena takut diketahui oleh Baginda Raja, semula menteri dan keluarganya mempelajari agama Islam secara diam-diam, hari demi hari telah dilewati, tapi raja yang selalu memperhatikan dan mengawasi gerak – gerik rakyatnya, akhirnya tahu juga.
2Suatu ketika menteri dan bersama kedua mubaligh itu dipanggil menghadap, dihadapan Baginda Pangeran Agung kedua mubaligh menerangkan tentang pokok-pokok ajaran Islam, mereka menjelaskan bahwa agama Islam itu bukanlah agama baru bahkan telah dianut oleh jutaan manusia di permukaan bumi. Disatu sisi agama Islam mengajak seluruh manusia agar hanya mengabdi kepada Allah SWT, dan di sisi Islam mengajarkan agar bergaul baik dengan sesama. 
Kemudian Baginda Pangeran Agung bertanya kepada kedua mubaligh tersebut, apakah anda juga berhasrat mengajak kami kepada Islam ? dengan tegas Mohammad Saman menjawab “ tentu saja, Tuanku “ Bagaimana sikap kalian andaikata kami tidak bersedia ? Tanya Baginda Raja lagi. Kami tetap menghormati Tuanku dan berterima kasih atas kemurahan hati Tuanku menyambut kami sambung Enci’ Shomad.
Baginda Pangeran Agung tersenyum dan langsung menyatakan bahwa dirinya memeluk agam Islam dan Baginda Pangeran Agung langsung mengucap Dua Kalimah Syahadat. Kemudian Baginda Pangeran Agung menambahkan bahwa beliau telah lama mendengar tentang agama Islam tetapi beliau belum sempat mempelajari secara mendalam. Konon baginda ingin menikah dengan putrid raja Sanggau yang sudah memeluk agama Islam, tetapi lamaran Baginda belum mendapat jawaban yang tegas. Dan setelah baginda Pangeran Agung memeluk agama Islam utusan raja Sanggau datang membawa tanda mata.
3Tidak lama kemudian baginda Pangeran Agung menikah dengan putri dari kerajaan Sanggau yang bernama Dayang Mengkiang. Dengan didorong hasrat untuk memajukan agama baru, Mohammad Saman dan Ecci’ Shomad baginda angkat sebagai warga negeri kerajaan Sintang dan kemudian balai kerajaan dijadikan pusat penyiaran agama Islam. Kedua mubaligh baginda kawinkan dengan keluarga kerajaan sehingga merekapun makin dihormati oleh rakyat.
Setelah tersiar kabar Baginda Pangeran Agung memeluk agama Islam, maka rakyat di kerajaan Sintang yang sebelumnya menganut agama Hindu dan Animisme berduyun – duyun memeluk agama Islam sehingga pemeluk agama Islam mulai berkembang. Setelah cukup lama memangku Jabatan sebagai Raja di Kerajaan Sintang, Baginda Pangeran Agung berpulang kerahmatullah, kedudukan sebagai Raja di Kerajaan Sintang diganti oleh Putra Mahkota yang bernama Pangeran Tunggal dan Beliau dinobatkan
sebagai Raja di Kerajaan Sintang yang ke XVIII. Kegiatan Baginda Pangeran Tunggal tidak kurang dari ayahndanya sehingga agama Islam semakin berkembang sampai ke pedalaman. Baginda menjalankan Pemerintahan cukup lama dan baginda Pangeran Tunggal yang merencanakan pembangunan Masjid yang pertama dalam kerajaan Sintang. Tetapi mujur tak dapat diraih dan malang tak dapat di tolak, sebelum rencana terlaksana Baginda Pangeran Tunggal berpulang kerahmatullah.
4Karena Putra almarhum Abang Itot tidak memenuhi syarat sebagai Raja di Kerajaan Sintang, sedangkan Putra mahkota almarhum yaitu Pangeran Purba tidak berada di negeri Sintang, karena sudah berkali – kali diberitahu tentang keadaan ayahnda semasa masih hidup bahkan sampai Baginda Pangeran Tunggal wafat pun Pangeran purba tidak datang dan pada akhirnya untuk di angkat sebagai Raja di Kerajaan Sintang, diangkatlah keponakan almarhum Baginda Pangeran Tunggal sebagai Raja di Kerajaan Sintang ke XIX, yaitu putra dari Nyai Cili ( adik Pangeran Tunggal ) dan Mangku Negara Melik yang bernama Abang Nata, ketika itu Abang Nata masih berusia 10 tahun. Sementara menunggu dewasa Pemerintahan ditangani oleh seorang Wazir bernama Senopati Laket, Ia menjalankan pemerintahan sampai Raja berusia 20 tahun. Setelah Abang Nata berusia 20 tahun, maka beliaupun dinobatkan sebagai Raja di Kerajaan Sintang, bergelar ‘ Sultan Nata Muhammad Syamsuddin ‘.

0 comments:

Post a Comment

kod iklan nuffnang
 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...